Jakarta – Cuci hidung merupakan salah satu aktivitas yang kerap diabaikan masyarakat saat ini. Padahal dengan cuci hidung, dapat diantisipasi berbagai penyakit yang bisa menerpa tubuh di masa yang akan datang.
Menurut dr. S. Hendradewi, Sp.THT-KL(K), selaku spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT), masyarakat saat ini hanya terbiasa mengobati. Upaya untuk mencegah penyakit justru diabaikan dan luput dari pengawasan.
Mengabaikan kesehatan sama dengan menjerumuskan diri sendiri kepada gerbang penyakit. Lebih lanjut, dr. Dewi menjelaskan dampak buruknya bahwa mengabaikan penanganan sakit bisa merembet ke banyak hal mulai dari sosial, ekonomi, hingga keluarga.
Risiko mengabaikan cuci hidung
Hidung adalah organ penting yang secara khusus berperan dalam sistem pernapasan. Berdasarkan penjelasan dr. Dewi, ada peran krusial yang dilakukan oleh hidung dan hal tersebut acapkali diabaikan.
“Hidung merupakan proteksi pertama dan indera penciuman yang penting. Selain itu, hidung juga berfungsi sebagai garda depan sistem pernapasan,” katanya.
Terdapat berbagai macam penyakit akibat lalainya seseorang melakukan cuci hidung, salah satunya adalah sinusitis, peradangan yang terjadi pada dinding sinus.
Lebih lanjut, sinus sendiri merupakan rongga kosong yang terletak di tulang pipi (maxillary), bagian bawah dahi (frontal), bagian belakang rongga hidung (sphenoid), serta di antara hidung dan matang (ethmoid).
Melihat fungsinya, sinus bertugas menghasilkan mukus (cairan lengket dan tebal) di hidung. Mukus turut bekerja untuk mencegah masuknya kuman, allergen penyebab alergi, dan benda-benda asing yang dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh.
Pada beberapa kasus, sinusitis bisa menyebabkan komplikasi berupa infeksi tulang. Selain itu, pada kasus yang sangat jarang (sekitar satu dari 10.000 kasus), infeksi dapat menyebar ke daerah sekitar mata, tulang, darah atau otak.
Meski demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh diabaikan saat mengalami pendarahan.
“Misalkan ada darah nggak diperiksa, padahal itu penting. Ternyata fraktur atau patah tulang. Proteksi pertama sekaligus pendukung pernapasan adalah hidung, perlu diingat hal itu,” tutur dr. Dewi, menegaskan demi kesadaran masyarakat.
Oleh sebab itu, Anda sebaiknya tidak menyepelekan ketika terjadi masalah pada bagian hidung.
Mencegah penyakit dengan rajin cuci hidung
Selain sinusitis, ada banyak risiko lain yang mampu mengintai kesehatan akibat mengabaikan kebersihan hidung seperti jamuran. Menurut dr. Dewi, tren penyakit ini tengah naik secara drastis sejak beberapa waktu ke belakang.
“Panu di kulit saja susah disembuhkan, apalagi dalam hidung. Setelah dilakukan penelitian, ternyata penyebabnya adalah polusi sekitar. Jamur itu trennya naik sekali di Indonesia, kalau luar negeri jarang. Mungkin karena pengaturan infrastruktur dari segi transportasi di luar sana sudah lebih tertib daripada Indonesia,” ujarnya.
Dari hidung ke tenggorakan, penyakit lainnya juga dapat mengintai seperti adenoid hipertropi, tonsilitis, dan faringitis. Hal ini bisa menyebabkan demam, sesak napas, hingga hidung mampet dan sulit mencium bau sekitar. Sementara, Anda sendiri dilarang mengorek karena dapat menimbulkan infeksi seperti abses alias bisul.
Anda mesti sadar akan kesehatan tubuh sendiri dengan cara rajin melakukan cuci hidung. Salah satu obat semprot seperti Sterimar dapat menjadi solusi, atau rekomendasi lain yang diberikan oleh dr. Dewi sebagai berikut.
“Untuk menjaga kesehatan hidung sehari-hari, dapat dilakukan pencucian hidung dengan larutan isotonik minimal satu kali sehari. Untuk hidung kanan, miringkan kepala ke kiri, lalu tahan napas, kemudian semprot hidung kanan. Begitupun dengan hidung kiri. Kalau benar, cairan isotonik akan keluar di hidung kiri,” ujarnya.
Cuci hidung tengah dikampanyekan oleh sejumlah instansi, khususnya Sterimar yang memiliki tagar #cucihidungsetiaphari. Lakukan aktivitas yang disarankan oleh dr. Dewi di atas secara rutin demi menghindarkan diri dari risiko-risiko penyakit pernapasan.(kd)